Minggu, 23 Februari 2014

Apakah Kita Bahagia?



(Sumber Gambar : 3.bp.blogspot.com) 

Oleh : RSP/Jama'ah Mesjid Agung Tasikmalaya

Kebahagiaan adalah sesuatu yang didambakan setiap manusia, kebahagiaan adalah wujud dari setiap keinginan, harapan dan cita-cita manusia yang terkabul. Walaupun ekspresi kebahagiaan yang tersirat dalam hati manusia memiliki kesamaan tetapi setiap orang akan berbeda dalam memaknai dan mendefinisikan kebahagiaan itu sendiri. Kebahagiaan bermakna relatif bagi setiap individu-individu manusia, tergantung sudut pandang dan kebutuhan. Dalam perspektif dunia, kebahagiaan akan identik dengan pencapaian dalam wujud materi.
Dalam sudut pandang dunia inilah kebahagiaan menjadi sesuatu yang relatif, masing-masing punya standar kebahagiaan yang ingin dicapai. Misalnya, bagi orang kaya, tuntutan dalam mencapai kebahagiaan adalah menambah koleksi mobil, menambah rumah atau villa peristirahatan, target liburan ke luar negeri, atau bagi orang kaya, dimana semua kebutuhan materi sudah tercukupi, standar kebahagiaan sudah bukan lagi pencapaian terhadap kekayaan, tetapi pengharapan atas sesuatu yang belum didapatkan, misal keluarga kaya tetapi belum mendapatkan keturunan, maka ketika orang kaya ini memaknai dan mendefinisikan kebahagiaan maka dia akan langsung tertuju kepada lahirnya seorang keturunan yang akan membuat orang itu bahagia. Berbeda dengan orang miskin, makna dan definisi kebahagiaan mungkin akan tertuju pada sesuatu yang lebih sederhana dari perspektif orang kaya, misal orang miskin akan merasakan kebahagiaan ketika mereka pada hari ini sudah mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan pokok, makan dan minum untuk keluarganya, atau mereka sudah mampu membeli sepeda motor ketika bertahun-tahun hanya memiliki sepeda, bahagia ketika sudah lunas cicilan, atau bahagia ketika mendapatkan uang untuk biaya anak-anaknya sekolah. Inilah makna kebahagiaan dunia yang hanya bersifat relatif, sebuah ekspresi hati yang memiliki situasi berbeda sesuai dengan keadaan dan pengharapan masing-masing orang. Lalu pertanyaannya bagaimana mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, kebahagiaan inti, kebahagiaan yang paling dasar, pondasi yang harus dimiliki manusia, kebahagiaan yang tidak dimaknai berdasarkan pencapaian-pencapaian dunia.
Dalam ajaran Islam, kebahagiaan punya makna jauh melintasi dimensi-dimensi keduniaan, artinya kebahagiaan tidak bisa diukur berdasarkan pencapaian-pencapaian dunia yang bersifat materi, karena kebahagiaan dunia bersifat relatif. Dalam Islam diajarkan bahwa kebahagiaan adalah proses penerimaan atas kehendak Allah SWT. Kebahagiaan dalam sudut pandang Islam adalah respons dari setiap keadaan yang sudah ditentukan oleh Allah SWT kepada setiap manusia. Syukur, sabar dan ikhlas adalah respon yang dianjurkan kepada manusia untuk mencapai derajat kebahagiaan yang hakiki dalam ajaran Islam. Syukur, sabar dan ikhlas akan setiap kehendak Allah yang diberikan, akan membawa manusia pada kelapangan hati, ketenangan jiwa dan menjauhkan manusia dari beban-beban pikiran. Inilah makna dasar kebahagiaan  yang akan membawa manusia pada kebahagiaan sejati.
Selain daripada itu, Islam juga mengajarkan bagaimana kebahagiaan itu dicapai dengan sesuatu yang bernilai ibadah, baik itu ibadah wajib ataupun ibadah sunnah. Ibadah wajib seperti sholat, puasa dan zakat akan membawa manusia pada ketenangan yang bersifat religius. Dalam menjalankan ibadah wajib tersebut, sesungguhnya manusia sedang melakukan interaksi dengan Allah SWT. Dalam panjatan do’a setelah sholat, sesungguhnya manusia sedang mencari ketenangan dan kebahagiaan, karena doa adalah munajat, keluh kesah atau permintaan langsung kepada Allah SWT, Rabb yang maha berkehendak. Artinya, dalam konteks ini, ibadah adalah wujud dari iman, dan iman adalah inti kebahagiaan bagi manusia.
Dalam perspektif sunnah, kebahagiaan akan didefinisikan dengan sesuatu tanpa pamrih. Manusia akan merasakan kebahagiaan manakala dia bisa bermanfaat bagi orang-orang sekitar. Menggunakan potensi harta, ilmu, dan pikiran yang dimiliki untuk membantu orang-orang sekitar adalah kebahagiaan tersendiri. Bahagia melihat saudara atau tetangga bahagia karena bantuan kita adalah kebahagiaan berantai yang punya nilai ibadah. Sodaqoh, infak, bantuan atau apapun namanya  adalah bagian dari dimensi kebahagiaan yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang memahami bahwa kebahagiaan haruslah punya keterkaitan dengan nilai-nilai religius, haruslah punya keterkaitan dengan perbuatan amal sholeh, karena orang-orang seperti ini menilai kebahagiaan dengan seberapa besar Allah menilai perbuatan manusia yang kemudian akan diganti dengan pahala, dan pahala nantinya akan ditukar dengan kebahagiaan abadi, yakni surga.   Wallahualam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar