Senin, 24 Februari 2014

Berani Jujur, Hebat!



 (Ilustrasi : lesprivatlira.com)

Oleh : RSP/Jama'ah Mesjid Agung Tasikmalaya
 
Berani jujur, hebat! Itulah slogan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang terpampang besar digedung KPK. Dari slogan ini, sebetulnya kita bisa melihat gambaran bahwa betapa besarnya persoalan yang kita hadapi sekarang ini menyangkut Kejujuran manusia-manusia Indonesia. Kalau kita telaah akar dari keterpurukan bangsa ini adalah fenomena penyakit ketidakjujuran. Korupsi entah itu suap, manupulasi, penggelembungan anggaran, pemotongan anggaran adalah muara besar persoalan bangsa dari sumber yang sama, yakni ketidakjujuran.
            Dalam Islam, kejujuran merupakan buah daripada iman dan ketauhidan, maka dari itu derajat dari sifat orang yang jujur mendapat tempat yang tinggi dalam pandangan Islam, sekaligus juga mendapat pahala yang besar. Inilah bentuk penghargaan Allah SWT terhadap orang-orang yang jujur, tetapi sebaliknya, orang yang tidak jujur diberi gelar munafik, gelar yang merendahkan bagi pelakunya. Setidaknya ada tiga ciri orang munafik. Bila berbicara selalu berbohong, bila berjanji selalu diingkari, dan bila diberi amanah selalu khianat.
            Ketika Islam memandang perkara kejujuran ini sebagai patokan penting dalam ajaran agama, tentunya hal ini akan berdampak besar pada tatanan kehidupan manusia, khususnya tatanan moral-sosial didalam kehidupan masyarakat. Kalau kita renungkan Indonesia, dengan segala persoalan dan keterpurukannya sekarang ini, merupakan akibat dari sebab-sebab yang memicunya, salah satu yang terbesar adalah fenomena ketidakjujuran kolektiv, dari pejabat hingga rakyat jelata. Secara kolektiv, ketidakjujuran akan berdampak pada hancurnya nilai-nilai moral, bila nilai-nilai moral sudah tidak lagi dilihat sebagai ukuran dalam suatu bangsa, maka sendi-sendi kehidupan suatu bangsa dan negara akan keropos. Untuk itulah, kenapa saat ini kejujuran merupakan barang yang langka, sesuatu yang sulit dicari karena manusia sudah tidak lagi memperhitungkan dosa-pahala, tertutupi oleh penyakit Wahn, cinta dunia dan takut mati.
            Sebagai teladan kejujuran, perlulah kita mencontoh Nabi Muhammad SAW  yang terkenal dengan sifat ash-shadiqul amin (jujur dan terpercaya)  karena kejujurannya sifatnya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Wajib atas kalian semua untuk jujur, karena jujur akan membimbing kepada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing ke surga. Seseorang senantiasa berbuat jujur dan memilih kejujuran sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta, karena dusta akan membawa kepada keburukan, dan keburukan akan menyeret ke neraka. Seorang hamba senantiasa berdusta, dan dia memilih kedustaan, sehingga ditulis di sisi Allah sebagi pendusta." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Akhir kata, marilah kita kembali kepada diri masing dalam usaha untuk meraih kedudukan tinggi karena sifat jujur, bila jadi pejabat jadilah pejabat yang amanah, bila pedagang/pebisnis jadilah pedagang/pebisnis yang jujur dengan timbangan, ukuran, kualitas dan hitung-hitungan nilai barang, bila pekerja kantoran jadilah pekerja yang tidak tergoda untuk menyalahgunakan wewenang, bila pengajar jadilah pengajar yang jujur untuk mengatakan yang haq adalah haq dan bathil adalah bathil, dan jujur dengan keterbatasan ilmunya. Semua profesi tentunya perlu kejujuran.
wallahualam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar