(Sumber Gambar : 3.bp.blogspot.com)
Oleh : RSP/Jama'ah Mesjid Agung Tasikmalaya
Kebahagiaan adalah sesuatu yang
didambakan setiap manusia, kebahagiaan adalah wujud dari setiap keinginan,
harapan dan cita-cita manusia yang terkabul. Walaupun ekspresi kebahagiaan yang
tersirat dalam hati manusia memiliki kesamaan tetapi setiap orang akan berbeda
dalam memaknai dan mendefinisikan kebahagiaan itu sendiri. Kebahagiaan bermakna
relatif bagi setiap individu-individu manusia, tergantung sudut pandang dan
kebutuhan. Dalam perspektif dunia, kebahagiaan akan identik dengan pencapaian
dalam wujud materi.
Dalam sudut pandang
dunia inilah kebahagiaan menjadi sesuatu yang relatif, masing-masing punya
standar kebahagiaan yang ingin dicapai. Misalnya, bagi orang kaya, tuntutan
dalam mencapai kebahagiaan adalah menambah koleksi mobil, menambah rumah atau
villa peristirahatan, target liburan ke luar negeri, atau bagi orang kaya,
dimana semua kebutuhan materi sudah tercukupi, standar kebahagiaan sudah bukan
lagi pencapaian terhadap kekayaan, tetapi pengharapan atas sesuatu yang belum
didapatkan, misal keluarga kaya tetapi belum mendapatkan keturunan, maka ketika
orang kaya ini memaknai dan mendefinisikan kebahagiaan maka dia akan langsung
tertuju kepada lahirnya seorang keturunan yang akan membuat orang itu bahagia.
Berbeda dengan orang miskin, makna dan definisi kebahagiaan mungkin akan
tertuju pada sesuatu yang lebih sederhana dari perspektif orang kaya, misal
orang miskin akan merasakan kebahagiaan ketika mereka pada hari ini sudah
mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan pokok, makan dan minum untuk
keluarganya, atau mereka sudah mampu membeli sepeda motor ketika bertahun-tahun
hanya memiliki sepeda, bahagia ketika sudah lunas cicilan, atau bahagia ketika
mendapatkan uang untuk biaya anak-anaknya sekolah. Inilah makna kebahagiaan
dunia yang hanya bersifat relatif, sebuah ekspresi hati yang memiliki situasi
berbeda sesuai dengan keadaan dan pengharapan masing-masing orang. Lalu pertanyaannya
bagaimana mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, kebahagiaan inti, kebahagiaan
yang paling dasar, pondasi yang harus dimiliki manusia, kebahagiaan yang tidak
dimaknai berdasarkan pencapaian-pencapaian dunia.
Dalam ajaran Islam,
kebahagiaan punya makna jauh melintasi dimensi-dimensi keduniaan, artinya
kebahagiaan tidak bisa diukur berdasarkan pencapaian-pencapaian dunia yang
bersifat materi, karena kebahagiaan dunia bersifat relatif. Dalam Islam
diajarkan bahwa kebahagiaan adalah proses penerimaan atas kehendak Allah SWT.
Kebahagiaan dalam sudut pandang Islam adalah respons dari setiap keadaan yang
sudah ditentukan oleh Allah SWT kepada setiap manusia. Syukur, sabar dan ikhlas
adalah respon yang dianjurkan kepada manusia untuk mencapai derajat kebahagiaan
yang hakiki dalam ajaran Islam. Syukur, sabar dan ikhlas akan setiap kehendak
Allah yang diberikan, akan membawa manusia pada kelapangan hati, ketenangan
jiwa dan menjauhkan manusia dari beban-beban pikiran. Inilah makna dasar
kebahagiaan yang akan membawa manusia
pada kebahagiaan sejati.
Selain daripada itu,
Islam juga mengajarkan bagaimana kebahagiaan itu dicapai dengan sesuatu yang
bernilai ibadah, baik itu ibadah wajib ataupun ibadah sunnah. Ibadah wajib
seperti sholat, puasa dan zakat akan membawa manusia pada ketenangan yang
bersifat religius. Dalam menjalankan ibadah wajib tersebut, sesungguhnya
manusia sedang melakukan interaksi dengan Allah SWT. Dalam panjatan do’a
setelah sholat, sesungguhnya manusia sedang mencari ketenangan dan kebahagiaan,
karena doa adalah munajat, keluh kesah atau permintaan langsung kepada Allah
SWT, Rabb yang maha berkehendak. Artinya, dalam konteks ini, ibadah adalah
wujud dari iman, dan iman adalah inti kebahagiaan bagi manusia.
Dalam perspektif
sunnah, kebahagiaan akan didefinisikan dengan sesuatu tanpa pamrih. Manusia
akan merasakan kebahagiaan manakala dia bisa bermanfaat bagi orang-orang
sekitar. Menggunakan potensi harta, ilmu, dan pikiran yang dimiliki untuk
membantu orang-orang sekitar adalah kebahagiaan tersendiri. Bahagia melihat saudara
atau tetangga bahagia karena bantuan kita adalah kebahagiaan berantai yang
punya nilai ibadah. Sodaqoh, infak, bantuan atau apapun namanya adalah bagian dari dimensi kebahagiaan yang
hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang memahami bahwa kebahagiaan haruslah
punya keterkaitan dengan nilai-nilai religius, haruslah punya keterkaitan
dengan perbuatan amal sholeh, karena orang-orang seperti ini menilai
kebahagiaan dengan seberapa besar Allah menilai perbuatan manusia yang kemudian
akan diganti dengan pahala, dan pahala nantinya akan ditukar dengan kebahagiaan
abadi, yakni surga. Wallahualam bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar