(Ilustrasi : lesprivatlira.com)
Oleh : RSP/Jama'ah Mesjid Agung Tasikmalaya
Berani jujur, hebat! Itulah slogan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang terpampang besar digedung KPK. Dari
slogan ini, sebetulnya kita bisa melihat gambaran bahwa betapa besarnya
persoalan yang kita hadapi sekarang ini menyangkut Kejujuran manusia-manusia
Indonesia. Kalau kita telaah akar dari keterpurukan bangsa ini adalah fenomena
penyakit ketidakjujuran. Korupsi entah itu suap, manupulasi, penggelembungan
anggaran, pemotongan anggaran adalah muara besar persoalan bangsa dari sumber
yang sama, yakni ketidakjujuran.
Dalam
Islam, kejujuran merupakan buah daripada iman dan ketauhidan, maka dari itu
derajat dari sifat orang yang jujur mendapat tempat yang tinggi dalam pandangan
Islam, sekaligus juga mendapat pahala yang besar. Inilah bentuk penghargaan
Allah SWT terhadap orang-orang yang jujur, tetapi sebaliknya, orang yang tidak
jujur diberi gelar munafik, gelar yang merendahkan bagi pelakunya. Setidaknya
ada tiga ciri orang munafik. Bila berbicara selalu berbohong, bila berjanji
selalu diingkari, dan bila diberi amanah selalu khianat.
Ketika
Islam memandang perkara kejujuran ini sebagai patokan penting dalam ajaran
agama, tentunya hal ini akan berdampak besar pada tatanan kehidupan manusia,
khususnya tatanan moral-sosial didalam kehidupan masyarakat. Kalau kita
renungkan Indonesia, dengan segala persoalan dan keterpurukannya sekarang ini,
merupakan akibat dari sebab-sebab yang memicunya, salah satu yang terbesar
adalah fenomena ketidakjujuran kolektiv, dari pejabat hingga rakyat jelata.
Secara kolektiv, ketidakjujuran akan berdampak pada hancurnya nilai-nilai
moral, bila nilai-nilai moral sudah tidak lagi dilihat sebagai ukuran dalam
suatu bangsa, maka sendi-sendi kehidupan suatu bangsa dan negara akan keropos.
Untuk itulah, kenapa saat ini kejujuran merupakan barang yang langka, sesuatu
yang sulit dicari karena manusia sudah tidak lagi memperhitungkan dosa-pahala,
tertutupi oleh penyakit Wahn, cinta
dunia dan takut mati.
Sebagai
teladan kejujuran, perlulah kita mencontoh Nabi Muhammad SAW yang terkenal dengan sifat ash-shadiqul amin (jujur dan terpercaya) karena kejujurannya sifatnya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Wajib
atas kalian semua untuk jujur, karena jujur akan membimbing kepada kebaikan,
dan kebaikan akan membimbing ke surga. Seseorang senantiasa berbuat jujur dan
memilih kejujuran sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur.
Dan jauhilah oleh kalian dusta, karena dusta akan membawa kepada keburukan, dan
keburukan akan menyeret ke neraka. Seorang hamba senantiasa berdusta, dan dia
memilih kedustaan, sehingga ditulis di sisi Allah sebagi pendusta." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Akhir kata, marilah kita kembali kepada diri
masing dalam usaha untuk meraih kedudukan tinggi karena sifat jujur, bila jadi
pejabat jadilah pejabat yang amanah, bila pedagang/pebisnis jadilah pedagang/pebisnis
yang jujur dengan timbangan, ukuran, kualitas dan hitung-hitungan nilai barang,
bila pekerja kantoran jadilah pekerja yang tidak tergoda untuk menyalahgunakan
wewenang, bila pengajar jadilah pengajar yang jujur untuk mengatakan yang haq
adalah haq dan bathil adalah bathil, dan jujur dengan
keterbatasan ilmunya. Semua profesi tentunya perlu kejujuran.
wallahualam
bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar